Minggu, 05 September 2021
Senin, 03 Agustus 2020
Hari Raya Qurban
Samudera Hikmah Berqurban
Alimin Samawa
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah di rezkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS.Al-Hajj : 34)
Syahdan, Jazirah Arab layaknya ubun-ubun gundul di atas kepala bumi. Tak ada rambut sama sekali, sehingga kutu atau binatang kecil lainnya pun tidak ada yang hidup. Begitulah keadaan gambaran Semenanjung Arab dulunya. Tak ada pepohonan, sehingga jangankan manusia, hewanpun tak ada. Sebab, air sebagai jantung kehidupan, tak berdetak di gurun pasir itu. Tak ada jiwa yang tinggal, sebab bukan hanya air yang tak ada, namun cuaca sangat ekstrem kala itu. Saat siang bebatuan berubah sangat panas tersepuh matahari. Sedangkan malamnya angin berlari kencang tak ada bebukitan yang menahanya, dingin menusuk tulang.
Namun, datang dari utara Semenanjung itu dua ekor unta berjalan gontai, beriringan membawa seorang lelaki dan seorang perempuan serta bayi kecil yang masih disusuinya. Lelaki itu adalah Nabi Ibrahim, Abu al-anbiya (Ayah dari para nabi) sebagai kunyahnya. Adapun perempuan yang bersamanya adalah Hajar, istri keduanya yang berasal dari Mesir. Sedangkan bayi kecil itu adalah Ismail. Ibrahim membawa istri dan anaknya jauh dari Palestina, menuju negeri yang tak berpenghuni dan jauh dari peradaban. Dia lalu beringsut meninggalkan keduanya di tengah gurun nan tandus itu.
Dalam Hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari nomor 3364 direkam perihal kepergian Ibrahim dengan tanggapnya Hajar “Apakah Allah yang menyuruhmu wahai Ibrahim?.
“Iya benar!” jawab Nabiyullah Ibrahim.
Lalu Hajar berkata “Kalau demikian, Allah tidaka akan menelantarkan kami.”
Fragmen kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, bersama Istri dan anaknya bukan tanpa maksud. Maha suci Allah subhanahu wa ta’ala. Yang keagungan dan kebijaksanaannya tak dapat dijangkau akal manusia. Adakah semua ini terjadi karena Allah Subhanahu wa ta’a hendak menyempurnakan rahasianya-Nya? Rabb semesta alam menumbuhkan sebatang pohon di atas lembah yang tandus, agar dari tempat itu berdiri peradaban manusia, dan memancar cahaya kenabian yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Fragmen kisah Ibrahim bersama anaknya tak hanya berhenti di situ. Sebagaimana lazim kita dengar dan kita baca, Abu Aal-anbiya diperintahkan untuk mengurbankan anaknya. Padahal telah lama ia menghimpun harap agar diusianya yang sudah kepada delapan, beliau dianugerahi keturunan sebagaimana direkam dalam Al quran surat Ash-Shoffat : 100-101.
“Wahai Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)”.
Perintah untuk mengurbankan anaknya terekam jelas dalam kelanjutan ayat di atas, padahal ia telah meninggalkan anaknya semasa kecil di padang pasir yang gersang. Lantas setelah pertemuan, perintah itu datang. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Sampai di sini, banyak hikmah yang dapat dipetik kembali untuk menapaktilasi apa yang menjadi lakon Nabiyulloh Ibrahim ‘alaihissalam bersama keluarga, selain tentang sabar, semangat dan menyandarkan harap hanya pada Allah Subhanah wa ta’ala semata. Yang tak kalah penting tentang semangat memberikan pengurbanan terbaik, penyerahan total kepada Allah. Yang hingga kini terus dilakoni generasi sesudahnya, dalam bentuk Ibadah Qurban, yang menyimpan banyak hikmah dan manfaat.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini. Samudera hikmah seputar qurban kembali kita seksamai. Untuk menggugah semangat ummat.
Pertama, Memperoleh kecintaan Sang Pencipta, Rabb semesta alam dengan berqurban. Sebagaimana Nabi Ibrahim memperoleh cinta dari Allah Subhahu wa ta’ala yang direkam dalam Al Quran “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS.As-Saffat : 107).
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi)
Kedua, Mensyiarkan kembali syiar Islam. “Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj : 36)
Ketiga, Melaksanakan amal utama yang merupakan ciri keislaman seorang hamba. Di tengah kondisi pandemi saat ini. Tentu berdampak terhadap perekonomian masyarakat, banyak yang kehilangan pekerjaan juga berkurang pendapatan. Dengan berqurbannya mereka yang berkecukupan diharapkan bisa mengurangi beban mereka yang membutuhkan. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dan masih banyak hikmah yang akan diperoleh oleh mereka yang melakoni ibadah qurban, dalam samudera nikmat yang Allah Subhanahu wa ta’ala anugerahkan. Semoga Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabiyullah Muhammad shalallohu’alaihi wasallam bersama keluarga, sebagaimana sholawat dan salam keapada Nabiyulloh Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya.
Wallohualam bisshowab.
Senin, 24 Juni 2019
LOMBA MENULIS CERITA ANAK DKJ 2019
Sayembara Cerita Anak Dewan Kesenian Jakarta 2019
BACAAN anak yang bagus bukan hanya asyik dibaca oleh anak-anak,
melainkan juga orang dewasa. Ceritanya tentu seru, imajinatif, tidak
menggurui, memperhatikan gaya bahasa dan cara penceritaan dari penulis,
dan konflik yang relevan dengan usia anak-anak. Di tangan penulis
kreatif, peka, dan berpihak kepada anak-anak itulah cerita anak yang
bermutu akan tercipta.
Sayembara Cerita Anak Dewan Kesenian Jakarta 2019 merupakan sayembara perdana yang diselenggarakan oleh Komite Sastra DKJ. Kami berharap melalui sayembara ini bisa muncul bacaan anak yang bermutu seperti buku Si Doel Anak Jakarta (Aman Datuk Madjoindo), Jago-jago Kecil (Ahmad Bakri), The Adventures Huckleberry Finn dan Tom Sawyer (Mark Twain), Oliver Twist (Charles Dickens).
Adapun Sayembara Cerita Anak DKJ 2019 mempunyai syarat dan ketentuan sebagai berikut.
KETENTUAN UMUM
#SAYEMBARA #CERITA ANAK #DKJ
Sayembara Cerita Anak Dewan Kesenian Jakarta 2019 merupakan sayembara perdana yang diselenggarakan oleh Komite Sastra DKJ. Kami berharap melalui sayembara ini bisa muncul bacaan anak yang bermutu seperti buku Si Doel Anak Jakarta (Aman Datuk Madjoindo), Jago-jago Kecil (Ahmad Bakri), The Adventures Huckleberry Finn dan Tom Sawyer (Mark Twain), Oliver Twist (Charles Dickens).
Adapun Sayembara Cerita Anak DKJ 2019 mempunyai syarat dan ketentuan sebagai berikut.
KETENTUAN UMUM
- Mengisi formulir pada tautan daring http://bit.ly/formulirsayembaracernakdkj2019 dan mengirimkan ke panitia penyelenggara.
- Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
- Naskah belum pernah dipublikasikan dalam versi utuh.
- Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
- Tema bebas.
- Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan.
- Panjang karya minimal 10.000 kata, ukuran halaman A4, spasi 1,5, huruf Times New Roman ukuran 12.
- Peserta adalah Warga Negara Indonesia, dibuktikan dengan mengirimkan fotokopi tanda pengenal.
- Tidak perlu membubuhkan nama penulis di dalam naskah dan salinannya. Biodata ditulis di lembar terpisah.
- Empat salinan naskah dikirim ke:
Panitia Sayembara Cerita Anak DKJ 2019
Dewan Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta 10330 - Batas akhir pengiriman naskah: 3 September 2019 (cap pos atau diantar langsung).
- Hak cipta dan hak penerbitan naskah sepenuhnya milik penulis.
- Naskah pemenang yang diterbitkan menjadi buku harus mencantumkan logo DKJ dan mengirimkan tiga eksemplar kepada Dewan Kesenian Jakarta untuk arsip.
- Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat dan tidak diadakan surat-menyurat.
- Pajak ditanggung pemenang.
- Sayembara ini tertutup bagi anggota DKJ Periode 2016—2019 dan keluarga inti Dewan Juri.
- Maklumat ini bisa diakses di www.dkj.or.id.
- Dewan Juri terdiri atas sastrawan dan akademisi sastra.
- Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Sastra DKJ 2019 di Taman Ismail Marzuki pada 4 Desember 2019.
- Pemenang I : Rp20.000.000,00
- Pemenang II : Rp15.000.000,00
- Pemenang III : Rp10.000.000,00
Rabu, 07 November 2018
Like a Father Like a Son
LIKE FATHER LIKE SON :
Belajar Menjadi Fatherman
“….kami mengatakan
bahwa mengapa ‘mendidik’ bukan sekadar melahirkan, membela dan memberi makan.
Kalaulah hanya itu, setiap kucing dan sapi subur pun mampu melakukannya” (Muhammad Qutb. Ulama, pemerhati Pendidikan asal Mesir)
Seorang teman bercerita. Pulang kerja. Ia
mendapati putri kecinya manyun. Di wajahnya Nampak kecewa. “Alma gak suka,
kalau Abi pergi-pergi! Abi kan janji ngajak ke pantai!” ujarnya
protes. Teman tadi hanya menganggap biasa. Namun menjadi tak biasa, ternyata protes
itu berulang. Tak hanya putrinya, anaknya yang lain pun ikut-ikutan protes.
Saat sebuah janji tak ditepati. Bahkan karena ulah sepele –menurut kebanyakan
orang- itu, suatu saat jangan kaget ternyata mereka meniru lakon serupa.
Mengabaikan janji.
Minggu, 02 September 2018
Jangan Ambil Anakku
by. Alimin Samawa
Gempa 7 SR, yang memporak- porandakan Lombok Utara pada 5 Agustus lalu menyisakan pedih yang sangat dalam. Tidak ada rumah yang luput dari duka. Semua menyecap perih.
Termasuk keluarga pasangan muda, Pak Mustiadi (33) dan Bu Yuni (27)
Senin malam, sholat Isya' belumlah usai tertunai. Tiba-tiba seluruh rumah di dusun Pandanan, Desa Malaka, Pemenang, Lombok Utara bergetar dan berguncang kuat.
Senin, 04 September 2017
Cerita Anak : Kuri & Mino
Kisah Si Kuri dan Si Mino
Siang itu,
Mino si Monyet dan Kuri si Kura-kura terlihat semangat. Dua sahabat itu baru saja meminta satu bibit berupa satu tunas Pisang ke rumah Kakek
Beru Si Beruang. Mino dan Kuri telah
sepakat akan menanam pisang di kebunnya masing-masing. Mereka membagi dua
tunas pisang. Mino dan Kuri menanam bagian tunasnya masing-masing.
“Kita Lomba ya,
Kuri. Tunas pisang siapa yang paling cepat berbuahnya!” Tantang Mino sombong.
“Boleh. Aku
ikut saja Mino. Yang penting sahabatku senang!” ujar Kuri semangat.
Enam bulan kemudian
Mino, duduk
sendiri di kebun belakang rumahnya. Ia bersedih, menatap tunas pisang yang
ditanamnya kekeringan dan mati.
Padahal ia sudah menyiramnya seperti
yang dilakukan oleh Kuri.
“Tok! tok! tok!” Suara pintu diketuk
Rupanya Kuri yang
datang
“Assalamu’alaikum
Mino!” Suara Kuri berseru kencang.
“Alaikumussalam…”
Mino menjawab tak semangat.
“Semangat dong
Mino. Aku ke sini ingin mengajakmu ke kebunku!”
“Ah, saya lagi
tak semangat, Kuri. Tuh, lihat pohon Pisang ku!” tukas Mino
“Ayolah teman.
Sabar, Jangan bersedih. Buah Pisangku telah matang, mari kita petik sama-sama”
ujar Kuri mantap.
Mendengar
ucapan Kuri, Mino senang sekali. Karena Kuri mau berbagi buah pisangnya.
“Baiklah Kuri.
Kamu baik sekali!” ucap Mino bersemangat.
Sabtu, 21 November 2015
Cerpen : Penulis Batu Nisan
PENULIS DI BATU NISAN
Alimin Samawa
Terkisah seorang penulis tak biasa, ia tak menghasil buku dari
guratan-guratan tangannya yang kokoh.
Setiap orang yang menjelma menjadi mayat di kampungnya, tak terlewatkan
dari guratan tangan kokohnya. Ia tak membuat kisah mereka, dalam bentuk
cerita-carita pendek atau novel. Namun ia menggurat nama pemilik makam, di batu
nisannya. Apa yang terjadi dengan Pen Bosang, sang penggurat nama di batu nisan itu? Saat ia namanya tertulis pula di
batu nisan.
Langganan:
Postingan (Atom)